Tuesday 5 June 2012

Bahan-Bahan Belajar Menulis Berita


Membuat Berita (1): Bingung Meliput?

Senin, 15-12-2008 11:52:02 oleh: Duto Sri Cahyono 
Kanal: Opini
Jurnalis bingung ketika meliput berita? Sering. Mengapa bingung? Banyak alasannya. Mungkin dia belum punya jam terbang yang cukup. Bisa jadi karena memang sama sekali belum tahu caranya.Lha, kalau jurnalis bingung menulis berita? Juga sering. Sedemikian banyak episode dalam sebuah peristiwa dan semuanya dianggap menarik, justru membuat jurnalis bingung mau memulai tulisan dari mana.
Senyampang wikimu.com sedang mengadakan berbagai pelatihan menulis berita/laporan tematik, saya mencoba berbagi pengalaman mengenai cara meliput dan menulis berita yang akan saya tulis secara bersambung.
Memang sudah banyak bertebaran tulisan mengenai cara meliput dan menulis berita, baik di buku-buku teks sekolah ataupun di Internet. Ya, anggap saja ini sekadar pelengkap. Lagi pula, saya lebih senang memberikan tips yang aplikabel, meski di sana-sini tetap harus berbicara tentang teori.
Pada dasarnya, jenis peristiwa yang biasa diliput ada dua. Pertama adalah peristiwa teragenda. Contohnya adalah seminar, jumpa pers, pesta pernikahan artis dan sebagainya. Kedua, peristiwa tak teragenda. Contohnya kecelakaan pesawat terbang atau bencana alam. Meskipun demikian, banyak “peristiwa tak teragenda” muncul dalam sebuah peristiwa teragenda. Misalnya, terjadi penyerbuan kelompok tertentu ke arena Munas sebuah Parpol.
Dalam kesempatan ini, saya akan mencontohkan liputan dan penulisan berita untuk peristiwa tak teragenda. Untuk meliput dan menulis berita teragenda, akan mendapat giliran berikut.
Jangan bosan 5W1HSetiap kali membahas tentang teori yang berhubungan dengan berita, orang selalu menyebut soal konsep 5W1H (what, who, why, where, when, how). Kita bosan? Jangan. Sebab, sebagaimana halnya dalam menulis berita, konsep 5W1H juga penting dijadikan pegangan dalam meliput berita.
Dalam peristiwa apapun, pasti di dalamnya melibatkan orang atau benda (who) yang sedang melakukan aktivitas, baik pasif maupun aktif (what), di suatu tempat (where) dan waktu (when)tertentu karena sebab (why) tertentu sehingga menimbulkan efek (how) tertentu pula.
Kalau kita ingat 5W1H dan setiap elemen di dalamnya kita eksplorasi setiap kali melalukan liputan, maka kita telah mendapatkan data yang cukup untuk penulisan suatu berita.
Sebagai contoh, kita melihat kecelakaan di jalan raya. Data apa saja yang harus kita kumpulkan? Catat saja hal-hal di bawah ini (penomoran tidak berarti ada prioritas, tetapi bisa mana saja yang terlebih dahulu bisa kita dapat):
  1. Catat/ingat who-nya. Catat semua identitas (mulai nama, umur alamat, ciri-ciri fisik tertentu, pakaian yang dikenakan dsb-dsb) orang yang terlibat. Orang yang terlibat bisa sopir kendaraan yang bertabrakan, penumpang, pejalan kaki yang jadi korban, para penolong, juga polisi yang menangani kasus itu (kalau ada). Termasuk who di sini adalah obyek/benda mati yang terlibat misalnya jenis kendaraan (catat identitasnya, jenis, warna dsb), bangunan yang jadi korban (misalnya bus menabrak palang jembatan) dsb.
  1. Catat/ingat what-nya. Dalam hal ini adalah bentuk/jenis kejadian. Misalnya tabrakan tunggal atau tabrakan karambol dsb.
  1. Catat/ingat why-nya atau penyebabnya. Misalnya rem blong, sopir ngantuk, pejalan kaki terlalu berjalan ke tengah, datang kabut yang menghalangi pandangan, dsb.
  1. Catat/ingat when-nya. Misalnya Sabtu (17/12) sore; saat bubaran sekolah; ketika pekerja istirahat siang, dsb.
  1. Catat/ingat where-nya. Misal “jalan Amburadul KM 15” Cikoplo; depan rumah makan “Marakke Warek” Jalan Slamet Riyadi, Solo; dekat tempat mangkal PSK “Edan Kabeh”, Kecamatan Sukamabuk; dsb.
  1. Catat/ingat how-nya. Misalnya, “empat orang tewas di tempat kejadian”, “satu luka parah tiga lainnya hanya lecet-lecet”, “tembok rumah jebol menewaskan satu pekerja di dalamnya”; dsb.
Data sekunderData-data tersebut bisa kita dapatkan dari observasi lapangan, bertanya kepada saksi/orang yang terlibat, polisi, warga setempat, petugas rumah sakit dsb. Untuk kelengkapan dalam penulisan berita, kita perlu juga melengkapi dengan mencari data sekunder seperti data kecelakaan selama setahun di daerah tempat peristiwa terjadi dsb.
Dari data yang terkumpul, maka kita sudah dapat membuat sebuah berita sekilas menggunakan model penulisan piramida terbalik (Apa piramida terbalik? Kita bahas pada bagian menulis berita nanti):
Bus masuk jurang, 45 orang tewasCikoplo (Wikimu)Sedikitnya 45 penumpang tewas seketika dan lima lainnya luka parah setelah Bus “Maju Mundur” jurusan Sukamabuk–Sukaiseng yang diduga mengalami rem blong terjungkal masuk jurang sedalam 20 meter di Jalan Amburadul KM 15 Cikoplo, Sukaiseng Jawa Selatan, Sabtu (17/12).Menurut Mbasimbis, warga Desa Sukawikimu Cikoplo, bus tujuan Sukaiseng yang mengangkut 50 orang termasuk sopir (Subur Singset, 52 tahun) dan kondektur, mendapat perawatan dokter.(Anda perlu juga melengkapi dengan mencari data mengapa bis melaju kencang meski sedang mendekati jurang perbukitan Awang-awang yang berkedalaman sekitar 20 meter.)
“Sopir bus pasti hapal kalau jalan di sini terus menurun sampai dekat jurang. Jadi saya duga, itu karena rem blong,” kata pria paruh baya yang sedang merumput ketika peristiwa itu terjadi, sekitar pukul 11.00 WIB.Informasi dari kepolisian Cikoplo menyebutkan jenasah korban tewas dan koban luka parah dibawa ke RS Segar Bugar Cikoplo untuk diotopsi dan dirawat. Hingga saat ini polisi masih melakukan penyelidikan lebih lanjut terhadap kecelakaan bus yang paling banyak menelan korban selama 2008 ini. (Duto-wkm007)Bagaimana data itu bisa dieksplorasi lebih jauh untuk penulisan berita yang lebih lengkap? Bagaimana pula misalnya disertai features mengenai jerit tangis penumpang bus setelah kendaraan yang mereka tumpangi menghujam dasar jurang? Ya, ikuti saja serial berikutnya.
(Bersambung)Catatan: Penulisan berita di sini adalah penulisan naskah berita untuk media massa yang dibaca/dilihat audience-nya. Hal itu berbeda secara signifikan dengan penulisan naskah berita radio yang dibacakan penyiar/newscaster untuk telinga pendengar. Untuk penulisan naskah berita radio, segera saya luncurkan juga.
http://www.wikimu.com/News/displaynews.aspx?id=12166


Membuat Berita (2): Bingung Menulis?

Selasa, 16-12-2008 08:47:25 oleh: Duto Sri Cahyono
Kanal: Opini
Giliran menulis berita sepulang dari liputan, banyak jurnalis yang bingung. Soalnya, di benaknya, banyak sekali hal yang menarik untuk diangkat. Bingung karena mau ditulis dengan gaya apa. Apakah mau ditulis gaya berkisah (feature), gaya sastra, ataukah to the point alias langsung (straight/hard news?)
Ketimbang ribet membicarakan perbedaan masing-masing gaya, saya akan langsung menyarankan para calon jurnalis untuk menguasai dulu penulisan straight news atau berita langsung. Inilah penulisan berita yang mendominasi halaman utama media massa cetak harian dan juga web/portal berita.
Untuk menulis straight news, umumnya digunakan model penulisan piramida terbalik. Dan ini juga yang akan saya sampaikan untuk contoh menulis berita kali ini meski ada juga model penulisan gaya lain.
Struktur berita berdasar model penulisan piramida terbalik terdiri dari judul, lead atau teras berita atau kepala berita (biasanya adalah paragraf pertama berita) dan tubuh berita/body dan penutup/ending. Model ini digunakan untuk menyampaikan fakta/kejadian yang harus segera diketahui pembaca. Oleh karena itu, lead atau kepala berita pada straight news sudah harus mampu memberikan informasi maksimal kepada pembaca. Pembaca tidak perlu membaca keseluruhan berita untuk mengetahui fakta yang disampaikan.
Dalam penulisan berita langsung model piramida terbalik, unsur layak berita yang paling kuat, ditulis menjadi teras berita. Teras berita dapat ditulis dengan kalimat deklaratif dari unsur yang paling penting itu. Dengan demikian, ide atau gagasan pokok yang dikandung paragraf-paragraf setelah paragraf pembuka hanya merupakan penjelasan lebih lanjut dari ide atau gagasan yang termuat pada paragraf lead tersebut.
Satu paragraf yang bermaknaMulanya, pola piramida terbalik muncul karena tingginya biaya pengiriman lewat telegram atau teleks. Untuk menghemat biaya, pengiriman berita mendadak semacam itu hanya dilakukan terhadap bagian terpenting. Pola piramida terbalik juga memudahkan dalam pemotongan berita akibat terbatasnya space. Sebab, kalaupun paragraf-paragraf di bawahnya dipotong, dan berita hanya tersisa satu paragraf, maka berita itu tetap bermakna.
Dengan membuat paragraf lead yang mampu memberikan informasi maksimal kepada pembaca maka tujuan penulisan berita langsung untuk menceritakan berita secara cepat pun tercapai.
Mari kita kembali ke contoh liputan berita kecelakaan di Jalan Amburadul KM 15 Cikoplo, Sukaiseng, Jawa Selatan (Membuat berita “peristiwa tak teragenda” [1]).
Sebagai sebuah berita langsung, maka berita kilas yang saya contohkan adalah model piramida terbalik. Artinya, kalaupun berita itu dipotong hanya tersisa satu paragraf, berita itu tetap bermakna bagi pembaca, yakni:
Sedikitnya 45 penumpang tewas seketika dan lima lainnya luka parah setelah Bus Maju Mundurjurusan Sukamabuk–Sukaiseng yang diduga mengalami rem blong terjungkal masuk jurang sedalam 20 meter di Jalan Amburadul KM 15 Cikoplo, Sukaiseng Jawa Selatan, Sabtu (17/12).Bahkan secara ekstrem, di media massa asing dengan pembaca yang tidak begitu paham soal Indonesia, rincian tentang kecelakaan itu menjadi tidak penting untuk disebutkan. Dus, berita itu bisa saja hanya disajikan sebagai berita “ganjal” di halaman internasional media cetak atau sekadar teks berjalan di layar televisi. Bunyinya: “45 orang tewas akibat kecelakaan transportasi di sebuah tempat sebelah tenggara Jakarta, ibukota Indonesia, kemarin”.Dengan demikian, isi dari teras berita dalam berita model piramida terbalik sangat tergantung dari hal apa yang menurut reporter/redaktur bermakna untuk disajikan kepada pembaca.
Kembali ke contoh berita sekilas mengenai kecelakaan bus. Sesuai dengan pakem dalam penulisan berita model piramida terbalik, paragraf berikut setelah paragraf pertama (teras/lead/kepala berita) hanyalah penjelasan lebih lanjut dari paragraf pertama tersebut. Penjelasan saksi mata (Mbasimbis) mengapa dia menduga rem blong, juga sekadar penjelasan tambahan dari teras berita.
Begitu juga “informasi dari kepolisian Cikoplo” hanyalah penjelasan mengenai penanganan para korban yang telah disebutkan pada paragraf pertama (45 tewas dan 5 lainnya luka parah).
Kalau kita telah memahami prinsip penulisan model piramida terbalik, maka kita akan mampu menulis berita beribu-ribu karakter tanpa perlu merasa pusing mengerjakannya.
Langkah demi langkahJadi langkah-langkah menulis berita langsung dengan model piramida terbalik adalah sebagai berikut:
  1. Tulis informasi yang mencakup 5W1H (tidak detil juga tidak mengapa) pada paragraf pertama. Dengan contoh berita kecelakaan bus, maka kita cukup menulis:“45 Orang tewas dan lima lainnya luka parah setelah bus yang diduga mengalami rem blong masuk ke jurang di Cikoplo, Sabtu (17/12)”.
  1. Berikutnya, uraikan masing-masing komponen 5W1H secara berurutan berdasarkan hal yang, menurut kita “paling penting” diikuti “penting” sampai ke “kurang penting”.
  • Kalau kita mendapat fakta bahwa persoalan korban (who) adalah persoalan penting, coba kita eksplorasi persoalan “who” ini pada paragraf kedua. Misalnya: “30 korban tewas adalah siswi sebuah SMK yang akan mengikuti kegiatan Pramuka di Perkemahan Cikoplo. Sebagian besar dari mereka ditemukan sudah tewas akibat terjepit kursi yang malang melintang dan bodi bus yang ringsek. Wajah lima di antaranya sudah tidak dapat dikenali lagi.”
  • Kalau kita menganggap persoalan “who” di atas tetap penting untuk segera dijelaskan, kita bisa melanjutkannya ke paragraf berikutnya.
  • Tetapi ketapi kita menganggap fakta bahwa “who” yang lain (di sini misalnya soal bus) adalah fakta penting berdasar data yang kita peroleh, maka uraiakan hal itu pada paragraf kedua. Misalnya: “Kecelakaan bus Maju Mundur adalah untuk yang kali kelima pada tahun ini. Pada kecelakaan Maret 2008, juga akibat rem blong, menyebabkan lima orang tewas dan tiga rumah roboh di Desa Sukasukasaya. Kecelakaan berikutnya, tanpa korban tewas, disebabkan ban yang meletus ketika bus berjalan. Penyebab dua kecelakaan lainnya, hingga saat ini belum terungkap.”
Begitulah fakta kita beberkan dari satu paragraf ke paragraf berikutnya berdasar data dan fakta yang kita temukan di lapangan.
Bahkan soal waktupun, kalau itu menarik dan signifikan berkaitan dengan masalah kecelakaan itu, bisa kita beberkan. Misalnya: “Kecelakaan terjadi saat kabut tebal dari perbukitan Awang-awang turun sampai sekitar 50 cm di atas permukaan tanah. Kabut itu menutup pandangan pengguna jalan.” Atau jika ada data dan fakta pendukung lain, bisa kita tambahkan, misalnya: ”Pada saat terjadi kecelakaan, jalan aspal di lokasi kejadian masih licin dan basah akibat hujan turun semalaman.”Begitulah seterusnya. Paparkan fakta demi fakta. Data demi data. Dan karenanya, paragraf demi paragraf akan menciptakan sebuah berita langsung yang lengkap.
Toh kalaupun berita tersebut harus segera “naik cetak” misalnya, maka kita berhenti menulis di paragraf manapun tidak akan menjadi persoalan. Bahkan, kalau hanya satu paragraf yang terpakai karena keterbatasan halaman atau sudah dikejar deadline, berita tersebut tetap “berbunyi” karena terpenuhinya unsur 5W1H-nya.
(Habis)